Titisan sang Laskar Petani

Posted by Unknown Selasa, 21 Januari 2014 0 komentar
Episode satu

Musim buah-buahan dikampungku sudah tiba, yang berbarengan dengan musim liburan sekolah. Sama halnya dengan musim liburan, musim ini juga sangat dinantikan oleh semua warga terutama aku. Mulai dari pohon rambutan yang terus menghasilkan buahnya, lebat dengan bulu menggairahkan nafsu, ya nafsu untuk segera melahapnya. Bulu-bulu yang berwarna merah menandakan sudah siap untuk dinikmati, namun juga ada yang masih berwarna hijau, itu juga bisa cuman rasanya masam dan bisa bikin mata merem melek berulang-ulang. Tak ketinggalan juga pohon manggis yang tidak ingin kalah saing dalam soal berbuah, daunnya yang lebar dan sedikit tebal menandakan buahnya yang berbentuk sedikit besar dari rambutan, serta bobotnya yang sedikit berat. Lain dengan rambutan, dan lain hal dengan manggis, tiap buah juga berbeda bentuk fisiknya maupun rasanya. Manggis itu berbentuk bulat dan berwarna unggu kehitaman jika sudah matang. Ada keunikan juga dari buah manggis, yaitu bisa menebak jumlah isi dalam perutnya itu, pasti kalau yang gemar dengan buah yang satu ini sudah tahu caranya. Ya benar dengan menghitung jumlah tanda yang ada pada bokong manggis. Masih banyak lagi jika berbicara dengan musim buah dikampungku, tapi cukup rambutan dan manggis saja yang aku ceritakan.
Aku bersekolah di dekat rumah,karena memang sekolahku dekat dari rumah. Ya sekolah ini bisa dikatan masih baru berdiri, namun tak mengalahkan minatku untuk sekolah disana. Bisa dibilang masih sangat baru, sebab aku dan taman-teman sekelasku adalah anggkatan yang ke-empat jika lulus nanti. Tapi soal prestasi jangan diragukan, tetbukti anggakatan tahun pertama ada seorang murid yang jadi nomer satu sekabupaten karena nilai ujian nasionalnya tertinggi mengalahkan sekolah-sekolah ternama di kabupaten ini dan itu di bidang mata pelajaran matematika, yang sebagian orang menganggap pelajaran itu merupakan momok menakutkan nomer satu bagi para pelajar.
Tahun ajaran baru dimulai. Dan hari ini adalah hari dimana aku masuk sekolah jenjang pendidikan setingkat SMA. Dari rumah sudah aku bayangkan akan banyaknya siswa dan siswi baru, akan ku kenalkan diriku kepada mereka, dan akan aku ajak mereka bersalaman. Kemudian sorak sorai dan perkenalan hari ini akan jadi kenangan jika lulus nanti. Sempat di jalan aku menebak nebak, akan ada berapakah teman seangkatanku nanti?, siswa putranya berapa dan purti berapa?, Apakah siswa putra akan lebih banyak dari putri? Atau mungkin sebaliknya. Ya lihat saja nanti kebenarannya.
Sesampainya di sekolah, aku lihat anak-anak berseragam putih abu sudah memenuhi beranda depan kelas. Sebagai murid baru aku masih menggunakan seragam SMP selama seminggu. Tapi anehnya aku tidak banyak melihat anak-anak dengan pakaian sama sepertiku. "Dimana mereka? Apakah mereka belum datang?," Pekikku dalam hati. Hanya ada segelintir dari mereka berpakaian seragam putih biru, dan bisa dihitung jumlahnya hanya ada lima anak saja. Mungkin yang lainnya masih di jalan, atau mungkin lagi ke warung untuk sekedar beli minuman dan makanan kecil, atau mungkin yang lainya lagi ke toilet. Tanpa fikir panjang, aku langsung menghampiri anak yang berambut tegak, dengan potongan rambut seperti anak metal.
"Perkenalkan namaku Ahmad" Sapaku padanya
"Oh ia, nama saya Zacky. Salam kenal ya!" Sapanya balik
"Iya"
Pagi yang indah dengan suasan kelas sedikit aneh. Matahari tanpa malu membagi sinarnya dengan jutaan mahluk bumi. Pohon, jemuran, panel surya, pedagang es keliling dan padi-padi yang baru dipanen sedang nongkrong berjemur diatas kain terpal, mereka sangat berterimakasih pada tuhan yang telah mengatur siklus kehidupan, yaitu matahari yang sangat bermanfaat ini. Sang surya terus berlarian dengan awan, balapan siapa yang lebih cepat. Dan waktu juga ikut bergandengan dengan sang surya. Dikala surya sudah berada di pertengahan langit biru, maka jam pun menunjukan pada angka sebelas. Pada siang itu ternyata masih sama seperti pagi, yakni murid baru di sekolah ini hanya lima orang, dua diantaranya adalah teman sekampungku. Yaitu Hidayat dan Hermawan. Kemudian satu orangnya lagi berasal dari desa sebelah, namanya Saepul.



Ris, saya nitip link, jangan dihapus ya, silahkan lewat link-link di bawah ini:

Terlibatlah Sepenuhnya Pada Bisnis Anda
Ajaran Memberi dalam Dunia Bisnis!
Tipe Menusia Picik dalam Memandang Agama!
Mengapa Mencari Keberuntungan Akhirat Lebih Masuk ...
Cara Membeli Barang Mahal Dengan Harga Super Mura...
Bisakah Beli Produk Mahal Dengan Harga Super Murah...
Mengapa Sebagian Besar Bisnis Itu Omong Kosong?
Inilah Sebenarnya Alasan Saya Mengaku Pakar Bisnis...
Bagaimana Cara Saya Menjadi Pakar Bisnis Terbaik?
Cara Membuat Posting Baru di Blogger
Memperlihatkan Manfaat Produk :Demonstrasikan Dulu...
Segalanya Dijadikan Terbatas: Terserah Kita Mau Di...
Karya Ariestoteler Cso
Manfaat Nyata: Salah Satu Hukum Fisika Pemasaran
Kesalahan Fatal Penjual: Ngomong Terlalu Panjang
3 Pertanyaan Untuk Memastikan Kesuksesan Sebuah Bi...
Download Gratis Buku Kumpulan Artikel Gede Prama
Download Gratis Buku Ahmadiah Telanjang Bulat dala...
Download Gratis Buku 100 Tokoh
Kekuatan Statistik Untuk Dunia Bisnis
Kaya Raya Dengan Menulis Tanpa Harus Menerbitkan B...
Mengapa Saya Muak Kepada Orang so Romantis?
Strategi Cerdas Menjadi Penulis Bajingan
Banjir Jakarta: Apa yang Lebih Tepat di Saat Ruwet...
Nulis 5 Jam Itu Sebentar!
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Titisan sang Laskar Petani
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://cumafiksi.blogspot.com/2014/01/titisan-sang-laskar-petani.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Cara Buat Email Di Google | Copyright of Cuma Fiksi.