Titisan sang Laskar Petani

Posted by Unknown Selasa, 21 Januari 2014 0 komentar
Episode 3 ( transparan)
Selang waktu satu minggu, acara perkenalan sudah berlalu. Saatnya hijrah dari seragam putih biru ke putih abu. Saat-saat bahagia karena menyadari mulai hari ini aku resmi menjadi murid SMA. Konon katanya masa-masa paling indah di sekolah adalah di SMA. Dan kini aku akan membuktikan masa indah itu mulai dari sekarang, kemudian berlangsung setiap hari sampai nanti aku lulus dari sekolah ini. Hari yang indah dengan dimulainya matahari pagi yang mulai tersenyum pada dunia, sinarnya yang hangat membawa hawa dingin terus menjauhi pori-pori kulit. Pagi ini semangat baru terpatri di dalam hati, semangat ini timbul dari sebuah celana panjang berwarna abu-abu, karena warna ini melambangkan bahwa aku siap untuk melangkah menuju kedewasaan, mulai berpikir mana yang baik dan tidak, ataupun mana yang berguna serta memberi manfaat di mana juga yang sia-sia. Aku langkahkan kaki dengan sejumlah doa yang menemani, mudah-mudahan semua langkah yang aku pijakan menjadi berkah dan semoga dengan diiringi doa aku akan dimudahkan dalam segala urusan, terutama proses menyerapnya ilmu yang akan aku gali bersama guru-guru di sekolah
Jam pelajaran yang pertama adalah matematika, dulu waktu di MTS pelajaran ini yang paling aku benci. Selain karena , yang tidak menyenangkan, juga cara penerangan yang bertele-tele, puter sana, puter sini. Jadi ilmu yang menyerapnya pun harus berputar-putar terlebih dahulu. Berbeda sekali dengan sekolahku yang baru, matematika serasa gampang di hitung, seperti bayi yang lagi makan bubur, mudah sekali dicerna. Penjelasan yang sederhana tapi masuk ke inti penyampaian yang luar biasa. Sekarang matematika bukan lagi musuhku di sekolah, melainkan teman yang siap aku sapa setiap dia datang.
"Hai kawan, aku siap untuk kau cumbu" Kata matematika renyah
"Ayo, kemarilah sayang, aku akan menyentuhmu dengan mesra" Ucapku balik
"Hahaha, aku siap untuk kau apa-apakan. Bersenang-senanglah dengan semua kenikmatan ini"
Aku sangat bernafsu sekali untuk segera menyetubuhi si matematika yang penuh gairah itu. Nafsuku membara disetiap angka dan nominal yang telah kau pilih. Bila aku kurang puas dengan mu hari ini, maka akan ku tambah sekuat otakku mampu memuaskanmu, dan pada akhirnya kita akan puas sama-sama, dengan semua yang telah kau relakan padaku, pertambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan rumus-rumus, itu semua kenikmatan yang engkau berikan, maka aku akan mengigatmu dikala nanti butuh pertolongan pada saat-saat mendebarkan.
Mencintai apa yang biasa kita benci itu memang sulit, tapi itu adalah sebuah kedok yang selalu menghantuimu, jadi hacurkanlah kedoknya dan gantilah dengan segenap kemampuanmu. Dengan begitu akan terasa lebih mudah, sebab dengan cinta seberat apapun tugas yang akan dikerjakan, maka dengan adanya cinta disana akan sangat mudah terselesaikan seolah tanpa melakukan apapun. Kekuatan cinta dapat mengikat sesuatu yang tidak mungkin jadi sangat mungkin. Mengubah suatu yang berat menjadi ringan. Menjadikan yang mustahil menjadi nyata. Kadang cinta bisa membuat orang jadi gila, ya gila akan pertaruhan harga diri demi yang dicintainya. Dengan begitu kecintaan pada matematika dapat merubah pandangan seram jadi pemandangan indah, yang setiap saat bisa dinikmati setiap saat.
Di sekitar bangunan sekolah, banyak tumbuh pohon, ada pohon rambutan, manggis, pisang, duku, sirsak, jambu, pepaya, tomat, mentimun, dan pohon salak juga ada. Sekilas dari sekian banyaknya pohon di sekolah, nampak sekali suasana alami yang tergambar. Saat belajar, terkadang ada burung ataupun tupai yang sekedar bermain-main di belakang gedung. Hinggap di dahan dan kembali terbang karena terganggu akan kedatangan tupai jantan yang kejar-kejaran dengan betinanya. Tak ketinggalan juga kucing-kucing milik pak kepala sekolah, mereka asik berlalu-lalang, dengan gayanya yang lucu dan menggemaskan. Kenapa di sekolah ada kucing pak kepsek? Karana memang rumah pak kepsek dengan sekolah sangat dekat sekali. Bahkan hanya beberapa meter saja, dan ia juga menjadikan rumahnya sekaligus menjadi kantor sekolah. Suasana itu sangat jelas terpampang dengan mata telanjang, kaca sekolah yang transparan juga memperjelas pandangan pada pemandangan tersebut, bahkan karena transparan itulah, tiupan angin berkali-kali masuk menabrak kami di dalam kelas. Ac alami dari alam dengan membawa bau dedaunan hijau sangat segar terhirup, hawa panas yang terpancar sirna dibawa angin meninggalkan kelas. Adapun kalau musim hujan, angin juga membawa bulir-bulir air dari langit. Mereka berebut masuk dari kaca jendela, dan membuat meja ataupun kursi yang berdekatan bisa basah. Tahu kah kalian? Kelasku ada empat jendela dan semuanya masih tanpa kaca, itulah yang dimaksud kacanya yang transparan...hehehe.

Baca Selengkapnya ....

Titisan sang Laskar Petani 2

Posted by Unknown 0 komentar
Episode dua (Juleha)
Perkenalan berlanjut sampai ke dalam kelas. Acara di dalam kelas berlangsung seru. Anak-anak baru di persilahkan untuk maju ke depan kelas bergiliran, dan sebelumnya harus mengisi kertas yang dibagikan terlebih dahulu. Aku dan teman yang lainnya disuruh untuk menulis biodata dalam lembar kertas tersebut, mulai dari nama lengkap, alamat, lulusan dari sekolah mana, disebutkan juga harus menulis nama-nama orang tua serta pekerjaannya, setelah selesai ditulis semuanya kertas biodata dikumpulkan dan dipanggillah nama yang tertera dalam kertas tersebut.
Salaseorang dari senior maju kedepan sambil menyeret kertas-kertas yang sudah kami isi dan ia jadi pembawa acara dadakan, sebab sebelum dia bersedia, aku lihat mereka saling dorong seperti anak kecil yang main kereta-keretaan. "Itu kok udah gede masih saja main dorong-dorongan, nggak malu apa sama adik-adik kelas, mau disuruh jadi moderator saja susahnya minta ampun, pasti kalau disiruh pulang, giatnya kebangetan" Pikirku dalam hati
"Perkenalkan nama saya Jamil, saya adalah orang yang terpilih disini, jadi saya merasa terhormat bisa menemani adik semua, semoga perkenalan saya dengan kalian menjadi awal dari persahabatan dan menjalin keharmonisan berkeluarga di lingkungan sekolah ini" Sambutnya dengan nada terpaksa serta raut muka memerah. Tepuk tangan riuh menggema seantero ruangan, setelah Jamil mengutarakan sambutannya, mungkin mereka yang tadi main dorong, hatinya lega karena terbebas dari tugas menjadi moderator
Kemudian nama yang pertama muncul dan dipanggil adalah Abdul Rojak. Sempat aku kebingungan dengan nama itu, siapakah gerangan? Namun aku langsung begitu mengetahui siapa pemilik nama itu, setelah orangnya maju kedepan kelas. Ternyata orang yang tadi pagi berkenalan denganku, berambut metal dan mengaku bernama Zacky, yang sebenarnya bernama Abdul Rojak.
"Nama saya Abdul Rojak, alamat saya Desa Sarimanis dusun Asampahit Rt 06/01, lulusan dari SMPN 1 Sarimanis, nama ibu saya Icih dan ayah saya Upin" sebelum selesai pembacaannya penonton serempak bergemuruh. Bahkan ada yang bilang dari belakang "Masa Upin sih, kayak Upin & Ipin donk, betul..betul...betul" Celutuknya dengan keras, semua makhluk di ruangan mendadak ketawa, hahaha, namun Jamil dengan tegas menghentikan tawa anak-anak, yang sebenarnya dia sendiri juga tak tahan ingin terbahak-bahak "Ssstt...jangan ribut, mohon semuanya diam, jangan bertindak seperti itu tidak baik" Pintanya dengan lantang kepada semua hadirin. "Ayo, silahkan Abdul dilanjutkan lagi perkenalannya jangan hiraukan mereka, anggap saja mereka yang menertaimu itu kuda yang sedang kasmaran."
"Ia, terimakasih"
"Dan kalau boleh saya tahu apa pekerjaan mereka Dul?"
"Ibu saya hanya ibu rumah tangga dan bapak saya hanya peternak sekaligus petani"
"Baiklah terimakasih atas keberanianmu, silahkan duduk kembali ketempatmu"
"Ia"
Setelah Abdul Rojak selesai dengan tugasnya, sekarang giliranku yang harus memompa jantung lebih cepat, balapan dengan keringat dingin yang mulai melakukan inpasi di seluruh pori-pori kulit, dan gemetaran juga berinisiatif menguasai gerak gerik semua tubuhku. Bahkan pegang kertas saja sampai bergoyang patah-patah. Langkah kaki terasa sangat berat untuk dilangkahkan, seperti kaki ini terbuat dari besi dan pijakan seolah menjadi magnet yang terus tarik menarik antara kutub utara dan selatan. Akhirnya dengan perjuangan susah payah aku sampai juga dihadapan hadirin. Mulai dari memperkenalkan nama dan sampai bagian akhir aku bacakan dengan gugup "Na...na...ma aku Ahmad Jul, dan aku berasal dari sini, rumah a...aaku jaraknya paling hanya seratus meter dari sekolah. Kemudian aku lulusan dari MTSN Sejahtera Selalu. Nama ayahku Mamat dan ibuku Julia. dan satu lagi pekerjaan mereka berdua petani" Nada sesak yang keluar dari mulutku seolah kecapean karena lari dikejar domba lepas berwatak galak. Setelah pembacaan selesai rasanya semua otot yang tadinya menegang mulai melunak, serupa es yang sedang mencair. Namun ketegangan kembali merangsang, setelah Hidayat teman sekampungku berbicara seolah tanpa ada rasa bersalah sedikitpun " Eh Mad, nama emakmu itu Juleha, kenapa mendadak jadi Julia" Katanya dengan jelas, membuat semua orang mendengarnya dengan jernih. Lalu aku balas pernyataan Hidayat itu dengan jawaban tepat. "Yat, itukan nama panggilannya, yang sebenarnya nama emakku itu Julia" Timpalku dengan percaya diri. Namun dalam hati aku berbisik "Kau benar Yat, nama ibuku yang sebenarnya adalah Juleha, tapi aku begitu bukan tanpa alasan, sebab aku tak mau nama ibuku di olok-olok oleh mereka seperti yang mereka lakukan pada ayahnya Abdul Rojak. Dan mereka juga bisa saja mengolok-olok tanpa diduga. Jadi terpaksa aku rubah. Maafkan aku semuanya" Pekikku dalam hati.
Dalam satu ruangan khusus, semua kakak kelas dikumpulkan, dan acara ini adalah acara rutin tahunan disekolah ini, yaitu semua anak baru wajib memperkenalkan diri kepada semua kakak kelas. Sedikit repot menurutku, tapi semua ini bertujuan untuk lebih mengenal dan mengakrabkan hubungan antara adik kelas dan kakak kelas.
Acara tidak berlangsung lama, karena cuman lima orang saja yang memperkenalkan diri jadi bisa selesai dengan cepat. Selanjutnya disambung dengan penyambutan dari sesepuh sekolah ini. Dia adalah Pak Oto kepala sekolah yang sangat berwibawa. Wajah yang seksi ditumbuhi kumis dan janggut panjang, persis seperti seorang ulama-ulama di Timur Tengah. Badan tegap dan gagah, mengisyaratkan bahwa ia pantas menyandang julukan kepala sekolah, kemudian kaca mata besar yang ia kenakan menandakan, ia berilmu luas, karena biasanya orang yang berkacamata punya hobi membaca, dan karena sering membaca penglihatan bisa sedikit terganggu, tapi berakibat ilmu yang ia dapat semakin menggunung dan terus menggunung sampai tidak ada batasnya.

Baca Selengkapnya ....

Titisan sang Laskar Petani

Posted by Unknown 0 komentar
Episode satu

Musim buah-buahan dikampungku sudah tiba, yang berbarengan dengan musim liburan sekolah. Sama halnya dengan musim liburan, musim ini juga sangat dinantikan oleh semua warga terutama aku. Mulai dari pohon rambutan yang terus menghasilkan buahnya, lebat dengan bulu menggairahkan nafsu, ya nafsu untuk segera melahapnya. Bulu-bulu yang berwarna merah menandakan sudah siap untuk dinikmati, namun juga ada yang masih berwarna hijau, itu juga bisa cuman rasanya masam dan bisa bikin mata merem melek berulang-ulang. Tak ketinggalan juga pohon manggis yang tidak ingin kalah saing dalam soal berbuah, daunnya yang lebar dan sedikit tebal menandakan buahnya yang berbentuk sedikit besar dari rambutan, serta bobotnya yang sedikit berat. Lain dengan rambutan, dan lain hal dengan manggis, tiap buah juga berbeda bentuk fisiknya maupun rasanya. Manggis itu berbentuk bulat dan berwarna unggu kehitaman jika sudah matang. Ada keunikan juga dari buah manggis, yaitu bisa menebak jumlah isi dalam perutnya itu, pasti kalau yang gemar dengan buah yang satu ini sudah tahu caranya. Ya benar dengan menghitung jumlah tanda yang ada pada bokong manggis. Masih banyak lagi jika berbicara dengan musim buah dikampungku, tapi cukup rambutan dan manggis saja yang aku ceritakan.
Aku bersekolah di dekat rumah,karena memang sekolahku dekat dari rumah. Ya sekolah ini bisa dikatan masih baru berdiri, namun tak mengalahkan minatku untuk sekolah disana. Bisa dibilang masih sangat baru, sebab aku dan taman-teman sekelasku adalah anggkatan yang ke-empat jika lulus nanti. Tapi soal prestasi jangan diragukan, tetbukti anggakatan tahun pertama ada seorang murid yang jadi nomer satu sekabupaten karena nilai ujian nasionalnya tertinggi mengalahkan sekolah-sekolah ternama di kabupaten ini dan itu di bidang mata pelajaran matematika, yang sebagian orang menganggap pelajaran itu merupakan momok menakutkan nomer satu bagi para pelajar.
Tahun ajaran baru dimulai. Dan hari ini adalah hari dimana aku masuk sekolah jenjang pendidikan setingkat SMA. Dari rumah sudah aku bayangkan akan banyaknya siswa dan siswi baru, akan ku kenalkan diriku kepada mereka, dan akan aku ajak mereka bersalaman. Kemudian sorak sorai dan perkenalan hari ini akan jadi kenangan jika lulus nanti. Sempat di jalan aku menebak nebak, akan ada berapakah teman seangkatanku nanti?, siswa putranya berapa dan purti berapa?, Apakah siswa putra akan lebih banyak dari putri? Atau mungkin sebaliknya. Ya lihat saja nanti kebenarannya.
Sesampainya di sekolah, aku lihat anak-anak berseragam putih abu sudah memenuhi beranda depan kelas. Sebagai murid baru aku masih menggunakan seragam SMP selama seminggu. Tapi anehnya aku tidak banyak melihat anak-anak dengan pakaian sama sepertiku. "Dimana mereka? Apakah mereka belum datang?," Pekikku dalam hati. Hanya ada segelintir dari mereka berpakaian seragam putih biru, dan bisa dihitung jumlahnya hanya ada lima anak saja. Mungkin yang lainnya masih di jalan, atau mungkin lagi ke warung untuk sekedar beli minuman dan makanan kecil, atau mungkin yang lainya lagi ke toilet. Tanpa fikir panjang, aku langsung menghampiri anak yang berambut tegak, dengan potongan rambut seperti anak metal.
"Perkenalkan namaku Ahmad" Sapaku padanya
"Oh ia, nama saya Zacky. Salam kenal ya!" Sapanya balik
"Iya"
Pagi yang indah dengan suasan kelas sedikit aneh. Matahari tanpa malu membagi sinarnya dengan jutaan mahluk bumi. Pohon, jemuran, panel surya, pedagang es keliling dan padi-padi yang baru dipanen sedang nongkrong berjemur diatas kain terpal, mereka sangat berterimakasih pada tuhan yang telah mengatur siklus kehidupan, yaitu matahari yang sangat bermanfaat ini. Sang surya terus berlarian dengan awan, balapan siapa yang lebih cepat. Dan waktu juga ikut bergandengan dengan sang surya. Dikala surya sudah berada di pertengahan langit biru, maka jam pun menunjukan pada angka sebelas. Pada siang itu ternyata masih sama seperti pagi, yakni murid baru di sekolah ini hanya lima orang, dua diantaranya adalah teman sekampungku. Yaitu Hidayat dan Hermawan. Kemudian satu orangnya lagi berasal dari desa sebelah, namanya Saepul.



Ris, saya nitip link, jangan dihapus ya, silahkan lewat link-link di bawah ini:

Terlibatlah Sepenuhnya Pada Bisnis Anda
Ajaran Memberi dalam Dunia Bisnis!
Tipe Menusia Picik dalam Memandang Agama!
Mengapa Mencari Keberuntungan Akhirat Lebih Masuk ...
Cara Membeli Barang Mahal Dengan Harga Super Mura...
Bisakah Beli Produk Mahal Dengan Harga Super Murah...
Mengapa Sebagian Besar Bisnis Itu Omong Kosong?
Inilah Sebenarnya Alasan Saya Mengaku Pakar Bisnis...
Bagaimana Cara Saya Menjadi Pakar Bisnis Terbaik?
Cara Membuat Posting Baru di Blogger
Memperlihatkan Manfaat Produk :Demonstrasikan Dulu...
Segalanya Dijadikan Terbatas: Terserah Kita Mau Di...
Karya Ariestoteler Cso
Manfaat Nyata: Salah Satu Hukum Fisika Pemasaran
Kesalahan Fatal Penjual: Ngomong Terlalu Panjang
3 Pertanyaan Untuk Memastikan Kesuksesan Sebuah Bi...
Download Gratis Buku Kumpulan Artikel Gede Prama
Download Gratis Buku Ahmadiah Telanjang Bulat dala...
Download Gratis Buku 100 Tokoh
Kekuatan Statistik Untuk Dunia Bisnis
Kaya Raya Dengan Menulis Tanpa Harus Menerbitkan B...
Mengapa Saya Muak Kepada Orang so Romantis?
Strategi Cerdas Menjadi Penulis Bajingan
Banjir Jakarta: Apa yang Lebih Tepat di Saat Ruwet...
Nulis 5 Jam Itu Sebentar!

Baca Selengkapnya ....

Tips jitu dapatkan perhatian cewek cantik di pesbuk

Posted by Unknown 0 komentar
Sebenarnya tips ini sangat langka
Jarang ada orang yang tahu keberadaannya
Cari di mang google belum tentu ada
Tanya pakar cinta belum tentu bisa
Jadi apa tipsnya?
Karena anda bertanya maka saya jawab
Simple saja, bidik cewek cantik incaran anda
Bilang dia cantik
Bilang padanya dia seksi
Bilang juga dia itu bak bidadari
Menurut anda rayuan itu adalah kata ajaib
Tapi tidak kata saya
Kenapa begitu?
Karena bagi saya, rayuan seperti itu hanya sampah
Sampah yang penuh belatung, dikerumuni lalat hijau
Bahkan makanan tikus-tikus rakus
Baiklah rahasia berharga saya akan dibeberkan
Bersiaplah pasang telinga anda
Pegang erat-erat mata anda
Jangan sampai kedua indra penglihatan itu kaget dan keluar dari sarangnya
Cari photo profil yang menurut dia paling cantik
Bilang padanya dalam suatu komentar
Bahwa dia jelek, gendut, wajah pasaran, panuan, jerawatan dan masih banyak lagi
Dengan begitu, dia akan penasaran pada anda
Setidaknya dia mampir ke dinding untuk untuk melihat anda
Atau bahkan komen balik di photo profil anda
Dan paling penting hasil dari tips ini
Sudah sukses saya praktekan
Mengejutkan mereka membenci saya.

Baca Selengkapnya ....

Rosulullah SAW Dan Pengemis Yahudi

Posted by Unknown Rabu, 15 Maret 2006 0 komentar
Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi
buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap
orang yang mendekatinya, "Wahai saudaraku.. jangan
dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu
pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian
mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya".


Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW
mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa
berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan
makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan
pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya
itu adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan
hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW praktis tidak ada
lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada
pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat
Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah
anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan
merupakan istri Rasulullah SAW dan beliau bertanya
kepada anaknya itu, "Anakku, adakah kebiasaan
kekasihku yang belum aku kerjakan?".

Aisyah RA menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah
seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu
kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali
satu saja"

"Apakah itu?", tanya Abubakar RA.

"Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung
pasar dengan membawakan makanan untuk seorang
pengemis Yahudi buta yang ada di sana", kata Aisyah
RA.

Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan
membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu.
Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan
makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai
menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik,

"Siapakah kamu?".

Abubakar RA menjawab, "Aku orang yang biasa".


"Bukan! Engkau bukan orang yang biasa
mendatangiku", bantah si pengemis buta itu.

"Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini
memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang
yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi
terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah
itu ia berikan padaku", pengemis itu melanjutkan
perkataannya.

Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia
menangis sambil berkata kepada pengemis itu,

"Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu.
Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang
yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad
Rasulullah SAW".

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis
mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian
berkata,

"Benarkah demikian? Selama ini aku selalu
menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku
sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan
setiap pagi, ia begitu mulia.."

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat
di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari
itu menjadi muslim.

Nah, wahai saudaraku, bisakah kita meneladani
kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW? Atau adakah
setidaknya niatan untuk meneladani beliau?

Beliau adalah ahsanul akhlaq, semulia-mulia akhlaq.

Kalaupun tidak bisa kita meneladani beliau seratus
persen, alangkah baiknya kita berusaha meneladani
sedikit demi sedikit, kita mulai dari apa yang kita
sanggup melakukannya.

Baca Selengkapnya ....

Nilai seikat Bunga

Posted by Unknown Selasa, 14 Maret 2006 0 komentar
Seorang pria turun dari sebuah mobil mewah yang diparkir di depan kuburan umum.

Pria itu berjalan menuju pos penjaga kuburan. Setelah memberi salam, pria yang ternyata adalah sopir itu berkata,
"Pak, maukah Anda menemui wanita yang ada di mobil itu? Tolonglah Pak, karena para dokter mengatakan sebentar lagi beliau akan meninggal!"


Penjaga kuburan itu menganggukan kepalanya tanda setuju dan ia segera berjalan di belakang sopir itu.

Seorang wanita lemah dan berwajah sedih membuka pintu mobilnya dan berusaha tersenyum kepada penjaga kuburan itu sambil berkata,

"Saya Ny. Steven. Saya yang selama ini mengirim uang setiap dua minggu sekali kepada Anda. Saya mengirim uang itu agar Anda dapat membeli seikat kembang dan menaruhnya di atas makam anak saya. Saya datang untuk berterima kasih atas kesediaan dan kebaikan hati Anda. Saya ingin memanfaatkan sisa hidup saya untuk berterima kasih kepada orang-orang yang telah menolong saya."

"O, jadi Nyonya yang selalu mengirim uang itu? Nyonya, sebelumnya saya minta maaf kepada Anda. Memang uang yang Nyonya kirimkan itu selalu saya belikan kembang, tetapi saya tidak pernah menaruh kembang itu di pusara anak Anda." jawab pria itu.

"Apa, maaf?" tanya wanita itu denga gusar.

"Ya, Nyonya. Saya tidak menaruh kembang itu di sana karena menurut saya, orang mati tidak akan pernah melihat keindahan seikat kembang.

Karena itu setiap kembang yang saya beli, saya berikan kepada mereka yang ada di rumah sakit, orang miskin yang saya jumpai, atau mereka yang sedang bersedih. Orang-orang yang demikian masih hidup, sehingga mereka dapat menikmati keindahan dan keharuman kembang-kembang itu, Nyonya," jawab pria itu.

Wanita itu terdiam, kemudian ia mengisyaratkan agar sopirnya segera pergi.

Tiga bulan kemudian, seorang wanita cantik turun dari mobilnya dan berjalan dengan anggun ke arah pos penjaga kuburan.

"Selamat pagi. Apakah Anda masih ingat saya? Saya Ny. Steven. Saya datang untuk berterima kasih atas nasihat yang Anda berikan beberapa bulan yang lalu. Anda benar bahwa memperhatikan dan membahagiakan mereka yang masih hidup jauh lebih berguna daripada meratapi mereka yang sudah meninggal.

Ketika saya secara langsung mengantarkan kembang-kembang itu ke rumah sakit atau panti jompo, kembang-kembang itu tidak hanya membuat mereka bahagia, tetapi saya juga turut bahagia.

Sampai saati ini para dokter tidak tahu mengapa saya bisa sembuh, tetapi saya benar-benar yakin bahwa sukacita dan pengharapan adalah obat yang memulihkan saya!"

Jangan pernah mengasihani diri sendiri, karena mengasihani diri sendiri akan membuat kita terperangkap di kubangan kesedihan. Ada prinsip yang mungkin kita tahu, tetapi sering kita lupakan, yaitu dengan menolong orang lain sesungguhnya kita menolong diri sendiri.



copied from : cetivasi mailing list
sender : Nadia


Baca Selengkapnya ....

Kisah : Antara Memberi Dan Menerima

Posted by Unknown Senin, 06 Maret 2006 0 komentar
Alkisah, dua setan cilik menghadap Raja Neraka begitu mereka meninggal.
Setelah melihat buku catatan tentang kebaikan dan kejahatan kedua orang
ini, Raja Neraka berkata, "Semasa kalian hidup, tidak ada kejahatan besar
yang kalian lakukan. Maka pada kelahiran mendatang, kalian akan tetap
menjadi manusia. Kalian akan menjadi saudara. Tapi salah satu dari kalian
akan menjalani hidup 'memberi', sedang yang satu lagi, menjalani hidup
'menerima'. Siapa yang mau menjalani hidup 'menerima?'.



Mendengar pertanyaan itu, setan cilik yang pertama berpikir dalam hati:
"Menjalani hidup menerima tidak akan menderita bahkan menyenangkan."

Setelah berpikir demikan ia bergegas menjawab, "Raja Neraka, izinkanlah
saya menjalani hidup hanya dengan menerima."

Melihat A berujar demikian, B sama sekali tidak iri. Bahkan ia berpikir,
Menjalani hidup memberi berarti selalu membantu orang lain. Suatu perbuatan
yang mulia! Tanpa ragu- ragu, B berkata, "Raja Neraka, saya rela menjalani
hidup memberi."

Setelah mendengar jawaban kedua setan cilik itu, Raja Neraka mencatat
penentuan masa depan keduanya dan berujar, "B, karena kau memilih hidup
memberi, maka engkau akan menjadi orang kaya yang dermawan, suka beramal dan
menolong orang. Sedangkan kau A, karena mengharapkan hidup menerima, maka
engkau akan menjadi pengemis yang hidup dari pemberian orang lain."

Hidup memberi menunjukkan bahwa kita memiliki kelebihan, sehingga dapat
menolong orang lain. Hidup menerima menunjukkan kita hidup dalam kekurangan.
Ada pepatah yang mengatakan tangan yang memberi berada di atas tangan yang
menerima.

Dengan bersikap memberi dan melindungi semua mahluk hidup, membantu
mengurangi penderitaan mahluk hidup lainnya, seperti memberi semangat bagi
yang sedang bersedih, turut merasa lapar saat orang lain sedang kelaparan
akan menjadikan bumi yang kita huni ini

sebagai tempat yang menyenangkan.

Dikutip dari buku "Bagaimana menambah kebahagiaan hidup"

Baca Selengkapnya ....
Cara Buat Email Di Google | Copyright of Cuma Fiksi.