Titisan sang Laskar Petani 2

Posted by Unknown Selasa, 21 Januari 2014 0 komentar
Episode dua (Juleha)
Perkenalan berlanjut sampai ke dalam kelas. Acara di dalam kelas berlangsung seru. Anak-anak baru di persilahkan untuk maju ke depan kelas bergiliran, dan sebelumnya harus mengisi kertas yang dibagikan terlebih dahulu. Aku dan teman yang lainnya disuruh untuk menulis biodata dalam lembar kertas tersebut, mulai dari nama lengkap, alamat, lulusan dari sekolah mana, disebutkan juga harus menulis nama-nama orang tua serta pekerjaannya, setelah selesai ditulis semuanya kertas biodata dikumpulkan dan dipanggillah nama yang tertera dalam kertas tersebut.
Salaseorang dari senior maju kedepan sambil menyeret kertas-kertas yang sudah kami isi dan ia jadi pembawa acara dadakan, sebab sebelum dia bersedia, aku lihat mereka saling dorong seperti anak kecil yang main kereta-keretaan. "Itu kok udah gede masih saja main dorong-dorongan, nggak malu apa sama adik-adik kelas, mau disuruh jadi moderator saja susahnya minta ampun, pasti kalau disiruh pulang, giatnya kebangetan" Pikirku dalam hati
"Perkenalkan nama saya Jamil, saya adalah orang yang terpilih disini, jadi saya merasa terhormat bisa menemani adik semua, semoga perkenalan saya dengan kalian menjadi awal dari persahabatan dan menjalin keharmonisan berkeluarga di lingkungan sekolah ini" Sambutnya dengan nada terpaksa serta raut muka memerah. Tepuk tangan riuh menggema seantero ruangan, setelah Jamil mengutarakan sambutannya, mungkin mereka yang tadi main dorong, hatinya lega karena terbebas dari tugas menjadi moderator
Kemudian nama yang pertama muncul dan dipanggil adalah Abdul Rojak. Sempat aku kebingungan dengan nama itu, siapakah gerangan? Namun aku langsung begitu mengetahui siapa pemilik nama itu, setelah orangnya maju kedepan kelas. Ternyata orang yang tadi pagi berkenalan denganku, berambut metal dan mengaku bernama Zacky, yang sebenarnya bernama Abdul Rojak.
"Nama saya Abdul Rojak, alamat saya Desa Sarimanis dusun Asampahit Rt 06/01, lulusan dari SMPN 1 Sarimanis, nama ibu saya Icih dan ayah saya Upin" sebelum selesai pembacaannya penonton serempak bergemuruh. Bahkan ada yang bilang dari belakang "Masa Upin sih, kayak Upin & Ipin donk, betul..betul...betul" Celutuknya dengan keras, semua makhluk di ruangan mendadak ketawa, hahaha, namun Jamil dengan tegas menghentikan tawa anak-anak, yang sebenarnya dia sendiri juga tak tahan ingin terbahak-bahak "Ssstt...jangan ribut, mohon semuanya diam, jangan bertindak seperti itu tidak baik" Pintanya dengan lantang kepada semua hadirin. "Ayo, silahkan Abdul dilanjutkan lagi perkenalannya jangan hiraukan mereka, anggap saja mereka yang menertaimu itu kuda yang sedang kasmaran."
"Ia, terimakasih"
"Dan kalau boleh saya tahu apa pekerjaan mereka Dul?"
"Ibu saya hanya ibu rumah tangga dan bapak saya hanya peternak sekaligus petani"
"Baiklah terimakasih atas keberanianmu, silahkan duduk kembali ketempatmu"
"Ia"
Setelah Abdul Rojak selesai dengan tugasnya, sekarang giliranku yang harus memompa jantung lebih cepat, balapan dengan keringat dingin yang mulai melakukan inpasi di seluruh pori-pori kulit, dan gemetaran juga berinisiatif menguasai gerak gerik semua tubuhku. Bahkan pegang kertas saja sampai bergoyang patah-patah. Langkah kaki terasa sangat berat untuk dilangkahkan, seperti kaki ini terbuat dari besi dan pijakan seolah menjadi magnet yang terus tarik menarik antara kutub utara dan selatan. Akhirnya dengan perjuangan susah payah aku sampai juga dihadapan hadirin. Mulai dari memperkenalkan nama dan sampai bagian akhir aku bacakan dengan gugup "Na...na...ma aku Ahmad Jul, dan aku berasal dari sini, rumah a...aaku jaraknya paling hanya seratus meter dari sekolah. Kemudian aku lulusan dari MTSN Sejahtera Selalu. Nama ayahku Mamat dan ibuku Julia. dan satu lagi pekerjaan mereka berdua petani" Nada sesak yang keluar dari mulutku seolah kecapean karena lari dikejar domba lepas berwatak galak. Setelah pembacaan selesai rasanya semua otot yang tadinya menegang mulai melunak, serupa es yang sedang mencair. Namun ketegangan kembali merangsang, setelah Hidayat teman sekampungku berbicara seolah tanpa ada rasa bersalah sedikitpun " Eh Mad, nama emakmu itu Juleha, kenapa mendadak jadi Julia" Katanya dengan jelas, membuat semua orang mendengarnya dengan jernih. Lalu aku balas pernyataan Hidayat itu dengan jawaban tepat. "Yat, itukan nama panggilannya, yang sebenarnya nama emakku itu Julia" Timpalku dengan percaya diri. Namun dalam hati aku berbisik "Kau benar Yat, nama ibuku yang sebenarnya adalah Juleha, tapi aku begitu bukan tanpa alasan, sebab aku tak mau nama ibuku di olok-olok oleh mereka seperti yang mereka lakukan pada ayahnya Abdul Rojak. Dan mereka juga bisa saja mengolok-olok tanpa diduga. Jadi terpaksa aku rubah. Maafkan aku semuanya" Pekikku dalam hati.
Dalam satu ruangan khusus, semua kakak kelas dikumpulkan, dan acara ini adalah acara rutin tahunan disekolah ini, yaitu semua anak baru wajib memperkenalkan diri kepada semua kakak kelas. Sedikit repot menurutku, tapi semua ini bertujuan untuk lebih mengenal dan mengakrabkan hubungan antara adik kelas dan kakak kelas.
Acara tidak berlangsung lama, karena cuman lima orang saja yang memperkenalkan diri jadi bisa selesai dengan cepat. Selanjutnya disambung dengan penyambutan dari sesepuh sekolah ini. Dia adalah Pak Oto kepala sekolah yang sangat berwibawa. Wajah yang seksi ditumbuhi kumis dan janggut panjang, persis seperti seorang ulama-ulama di Timur Tengah. Badan tegap dan gagah, mengisyaratkan bahwa ia pantas menyandang julukan kepala sekolah, kemudian kaca mata besar yang ia kenakan menandakan, ia berilmu luas, karena biasanya orang yang berkacamata punya hobi membaca, dan karena sering membaca penglihatan bisa sedikit terganggu, tapi berakibat ilmu yang ia dapat semakin menggunung dan terus menggunung sampai tidak ada batasnya.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Titisan sang Laskar Petani 2
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://cumafiksi.blogspot.com/2014/01/titisan-sang-laskar-petani-2.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Cara Buat Email Di Google | Copyright of Cuma Fiksi.